Monthly Archives: April 2011

Awan Robot Sejukkan Piala Dunia Qatar

Konsep awan robot yang akan menaungi penonton di Qatar selama Piala Dunia 2022.

KOMPAS.com — Qatar University menawarkan awan robot sebagai solusi untuk mengatasi panas saat Piala Dunia 2022 kelak berlangsung di negara tersebut. Abdul Ghani, kepala insinyur mekanik dan industri Qatar University, membuat robot yang menyerupai struktur awan yang terbuat dari karbon ringan dan mengandung gas helium.

Awan tersebut melayang layaknya helikopter dan dapat dikendalikan dari jarak jauh untuk melindungi penonton. Di Lulanic Iconic Stadium, awan robot ini dapat melindungi 86.250 penonton. Ia dapat diatur agar bergerak mengikuti arah Matahari sehingga penoton di stadion tetap terlindungi.

Awan tersebut melengkapi sistem pendingin yang sudah dirancang di stadion. Secara arsitektural, Foster and Partners sudah mendesain stadion yang memanfaatkan limpahan sinar matahari sebagai sumber listrik. Salah satunya untuk menghidupkan pendingin.

Pada saat FIFA mengumumkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Desember tahun lalu, Qatar dengan cepat bereaksi terhadap segala keragu-raguan, termasuk masalah temperatur yang tinggi. Pada musim panas, temperatur di Qatar bisa mencapai sekitar 48 derajat celsius. Selain masalah temperatur, Qatar juga dihadapkan pada masalah keamanan dari terorisme dan perlakuan terhadap wanita. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Categories: Berita | Tinggalkan komentar

Asteroid Besar Akan Melintas Dekat Bumi

Asteroid Mathilde 253 berukuran 59 x 47 km yang direkam pada 27 Juni 1997.

KOMPAS.com — Tandai kalender pada 8 November 2011. Asteroid YU55 yang berdiameter hampir 400 meter akan melintas sangat dekat dengan Bumi. Jaraknya 0,85 kali jarak Bulan ke Bumi.

Asteroid yang ditemukan 6 tahun yang lalu itu tidak berisiko menabrak Bumi meskipun Minor Planet Center di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat, memasukkan jalur asteroid itu dalam kategori “asteroid berpotensi bahaya.” Asteroid itu tidak dapat dianggap remeh sehingga penelitian perlu dilakukan.

Para ilmuwan berencana untuk membuat model tiga dimensi dari YU55 sekaligus memprediksi densitas dan bentuknya. Saat YU55 berada sangat dekat dengan Bumi, hal itu dianggap sebagai saat yang tepat untuk memulai penelitian.

Dengan mengetahui kecepatan berputar, bentuk, kepadatan, dan informasi lain, ilmuwan dapat mengetahui lokasinya saat tak berada di dekat Bumi. Dengan demikian, model prediksi bisa dibuat untuk meramal posisi asteroid beberapa dekade atau abad ke depan. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)

Categories: Berita | Tinggalkan komentar

Tahun 2500 Bumi Tak Layak Huni

Seorang anak pada 9 Maret lalu berjalan dengan membawa payung agar terlindung dari hujan di Jammu, India. Foto ini dibuat dalam rangka peringatan soal perubahan iklim yang telah mengacaukan pola iklim global.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Pemanasan global, selain menyebabkan perubahan iklim, juga menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Kenaikan suhu sebesar itu menyebabkan kenaikan permukaan air laut setinggi 20 sentimeter. Demikian diungkap Kepala Pusat Studi Energi (PSE) UGM, Prof Dr Jumina, di kantor PSE UGM, Sekip Yogyakarta, Senin (11/4/2011).

Lebih lanjut, Jumina mengatakan, tanpa ada upaya serius dan sistematis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) ke atmosfer bumi, suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius akan naik menjadi sekitar 25 derajat celsius pada tahun 2500.

“Artinya, bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu,” tutur Jumina.

Terjadinya peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus itulah yang menyebabkan para pakar lingkungan merasa sangat prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi CO2 pun dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999. Sayang, Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar kedua di dunia hingga saat ini belum bersedia menandatangani protokol tersebut.

“Begitu pula China yang merupakan penghasil emisi CO2 terbesar di dunia,” ungkapnya kemudian.

Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi CO2 dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi CO2 domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, maka penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. “Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan,” jelas Jumina.

Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan ketahanan energi dalam arti terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. “Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus,” kata Jumina.

Kenyataan, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan. Keterbatasan kemampuan SDM merupakan faktor utama. Untuk itu, PSE UGM bekerja sama dengan Sekolah Pascasarjana UGM menggelar seminar sehari “Pengembangan Sumberdaya Manusia Bidang Energi Bersih Menuju Ketahanan Energi Nasional”, di gedung Pascasarjana UGM, Selasa (12/4/2011).

Seminar menampilkan beberapa narasumber, antara lain anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Dr Ir Tumiran MEng; Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas Ir Jadhie J Ardajat MSi; Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dr Ing Evita Legowo; Direktur Energi Primer PLN Ir Nur Pamudji MEng; Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Ir Arryanto Sagala; serta Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Ir Luluk Sumiarso MSc.

(kompas.com)

Categories: Berita | Tinggalkan komentar